2. Cara Membaca Qalqalah
Dari segi pantulannya cara
membaca huruf qalqalah dibedakan menjadi :
a. Jika berada di tengah
kata maka pantulannya sedikit, contoh ; حَبْلٌ
b. Jika berada di akhir kata
maka pantulannya cukup, contoh ; خَلَقْ
c. Jika berada sesudah mad
maka pantulannya sangat, contoh ; اَلْبُرُوْجْ
d. Jika berada di akhir kata
dan bertasydid maka pantulannya lebih sangat.
Dari segi harakatnya cara
membaca huruf qalqalah dibedakan menjadi :
a. Bunyinya tetap
miring a, yaitu huruf ط dan ق. Contoh : مَطْلَعِ - إِ قْرَأْ
b. Bunyinya berubah-ubah mengikuti
harakat sebelum dan sesudahnya jika terletak di tengah kata, yaitu pada
huruf ب ج dan د dengan
perubahan sebagai berikut :
1) miring
kepada a, jika huruf sebelum dan sesudahnya berharakat fathah, contoh
:
يَجْعَلُ يَبْتَغِ مَدْرَسَةٌ
dan jika huruf sebelumnya
berharakat dlammah dan huruf sesudahnya berharakat
kasrah, begitu pula sebaliknya, contoh :
مُجْرِمِيْنَ يُبْطِلُ
2) miring
kepada i, jika huruf sebelum dan sesudahnya berharakat kasrah, contoh
:
إِ بْلِيْسَ إِ دْرِيْسَ إِجْرِ
3) miring kepada u, jika
huruf sebelum dan sesudahnya berharakat dlammah, contoh :
أُدْخُلُوْا تُبْتُ
4) miring kepada o,
jika huruf sebelumnya berharakat fathah dan huruf sesudahnya berharakat
dlammah, contoh :
يَدْخُلُوْنَ
5) miring kepada e,
jika huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf sesudahnya berharakat fathah,
contoh :
رِجْسًا مِدْرَرًا
3. Pengertian Ra
Ra adalah huruf Hijaiyah yang
ke-10, menurut istilah ilmu Tajwid Ra adalah aturan atau tatacara membaca huruf
Ra sesuai dengan harakat sebelum atau sesudahnya. Tatacara membaca huruf Ra
terdiri atas Ra Tafkhim (dibaca tebal), Ra Tarqiq (dibaca tipis) dan Ra Tafkhim
atau Ra Tarqiq (boleh baca tebal atau dibaca tipis).
4. Cara Membaca Ra
a. Ra Tafkhim ( تَفْخِيْمْ )
Huruf Ra dibaca tebal apabila :
1) Berharakat
fathah/fathatain, contoh :
رَبُّنَاالرَّحْمَنُ صَرْصَرًا
2) Berharakat
dlammah/dlammatain, contoh :
رُزِقْنَا مُسْتَقِرٌّ
3) Ra sukun yang didahului
harakat fathah, contoh :
الْقَدَرْ خَرْدَلْ الْقَرْنَيْنِ
4) Ra sukun yang didahului
harakat dlammah, contoh :
غُرْفَةٌ فُرْقَانٌ قُرْآنٌ
5) Ra sukun diawal kata
sesudah hamzah washal, contoh :
وَارْقْنَا اُرْكُضْ اَمِ
ارْتَابُوْا وَالَّذِى ارْتَضَى ارْجِعُوْا وَاِ نِ ارْتَبْتُمْ
6) Ra sukun ditengah kata
sesudah kasrah asli dan berhadapan dengan huruf isti’la yang berharakat fathah
atau dlammah dalam satu kata, contoh :
مِرْصَادْ قِرْطَاسٌ
b. Ra Tarqiq ( تَرْقِيْقْ )
Huruf Ra dibaca tipis apabila :
1) Berharakat
kasrah/kasratain, contoh :
وَالْفَجْرِ اَمْرٍ مَرِيْجْ
2) Ra dibaca imalah/miring,
contoh :
مَجْرَيهَا
3) Ra sukun karena waqaf
yang didahului harakat kasrah, contoh :
مُسْتَقِرْ قُدِرْ
4) Huruf yang antara kasrah
dan Ra sukun bukan huruf isti’la, contoh :
الذِّكْرْ لاَضَيْرْ قَدِيْرْ
5) Ra sukun ditengah kata
sesudah kasrah asli bersambung dan tidak berhadapan dengan huruf isti’la dalam
satu kata, contoh :
فِرْعَوْنَ شِرْذِمَةٍ مِرْيَةٍ
6) Ra sukun sesudah kasrah
asli dan berhadapan dengan huruf isti’la tetapi dilain kata, contoh :
فَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ فَاصْبِرْ صَبْرًا
جَمِيْلاً
c. Ra Tafkhim/Ra
Tarqiq ( تَفْخِيْمْ \ تَرْقِيْقْ )
Huruf Ra dibaca tebal atau tipis
apabila :
1) Ra sukun yang didahului
harakat kasrah dan sesudahnya berupa huruf isti’la yang berharakat
kasrah/kasratain, contoh :
فِرْقٍ بِحِرْصٍ مِنْ عِرْضِهِ
2) Ra sukun karena waqaf
didahului huruf mati, contoh :
مِصْرْ الْقِطْرْ اَسْرْ نُذُرْ يَسْرْ